Rekor MURI Tari Remo, GNPK Jatim Pertanyakan Manfaatnya Dilihat dari Anggaran yang Dikeluarkan
JATIM, MHI- Terkait rencana Dispendik Kota Surabaya untuk memecahkan rekor Muri untuk Tari Remo, Ketua Dewan Pengurus Pusat Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi (GNPK) Jatim, Rizky Putra Yudhapradana justru menanyakan seberapa banyak anggaran yang dibutuhkan untuk memecahkan rekor MURI tersebut.
“Pertanyaan saya adalah untuk mengadakan kegiatan ini (MURI) seberapa besar total anggarannya, mana anggaran yang dikeluarkan oleh Pemkot Surabaya dan mana yang dibebankan kepada Sekolah atau orangtua murid?” tanya pria yang biasa dipanggil Putra ini.
Hal ini menurut Putra perlu ditanyakan sebab muncul dipermukaan ada banyak orangtua murid keberatan dengan biaya persiapannya mulai sewa atau beli selendang, goseng hingga biaya untuk guru latih tari.
Lantas Putra kembali menanyakan bila dibebankan kepada sekolah mengapa kemudian sekolah harus membebankan biaya ini kepada orangtua murid kelas, sementara ini bukan kegiatan pokok (intrakurikuler) belajar.
“Kalau Tari Remo itu kan kegiatan ekstra (ekstrakulikuler) tapi kenapa malah seperti ini jadinya.?.” tanya Putra, Jumat, 16 Desember 2022, kepada Poskota.
Kemudian Putra mengatakan bahwa menjadi kebiasaan di instansi pemerintah pada akhir tahun biasanya sering menghabiskan sisa anggaran dengan mengadakan kegiatan-kegiatan, rapat, dan lain sebagainya, namun pun begitu harusnya Pemerintah Kota Surabaya bisa memanfaatkan anggarannya untuk yang lebih bermanfaat.
“Ayo sekarang buka-bukaan dengan GNPK, berapa dan anggaran apa yang telah dikeluarkan Pemkot Surabaya, yang berdampak signifikant kepada masyarakat Surabaya. Ayo apa?.” tegas Putra.
Putra kemudian melanjutkan, bahwa anggaran yang ada mestinya bisa digunakan untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, dibanding memecahkan rekor MURI.
“Kalau bisa memecahkan rekor MURI terus manfaatnya apa?.” tanya Putra yang ke tiga kalinya.
“Apabila benar ada anggaran perihal hal tersebut, Mestinya Pemkot Surabaya bisa berpikir lebih bijaksana dalam memanfaatkan anggaran ini untuk yang jauh lebih bermanfaat, yang dampaknya nyata bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Surabaya.” pungkasnya.
Sekira lebih dari 50 ribu penari Remo yang berasal dari murid SD hingga SMP ikut berpartisipasi dalam memecahkan rekor MURI, namun dalam pelaksanaanya banyak wali murid yang mengeluh karena kelangkaan aksesori Tari Remo.***